Tanah Parahyangan atau Priangan, adalah bagian dari tanah Pasundan – Jawa Barat yang indah, subur dan bergunung-gunung. Daerahnya yang dipenuhi aliran sungai, menyebabkan tanahnya sangat cocok untuk pertanian, perkebunan dan pesawahan. Alamnya yang elok membentuk penduduknya – masyarakat Sunda mnejadi manusia yang halus, murah senyum, memiliki adat istiadat dan seni budaya yang indah serta tradisi yang luhur.
Sanjungan terhadap tanah Priangan, diungkapkan oleh seorang bangsa Belanda: R.A.W. Brouwer dengan sebuah ungkapan, bahwa Parahyangan diciptakan ketika Tuhan sedang tersenyum, sehingga ciptaan-Nya menjadi daerah yang sangat indah dan subur.
Nama Priangan pernah dijadikan nama wilayah keresidenan di Jawa Barat, disebut Keresidenan Priangan. Pada jaman pemerintah Hindia Belanda sampai tahun 1864, Cianjur pernah menjadi ibukota Keresidenan Priangan. Namun bersamaan dengan meletusnya Gunung Gede yang menggoncangkan Kota Cianjur maka ibukota Keresidenan Priangan dipindahkan ke Bandung.
Kata Priangan sangat sulit diucapkan oleh orang Belanda, sehingga bunyinya menjadi Preanger. Nama Preanger pernah dijadikan sebutan kepada para pengusaha perkebunan bangsa Belanda, printis perkebunan teh di tanah Parahyangan dengan sebutan Preanger Planters.
Nama Parahyangan berasal dari kata “rahiang” berarti raja yang telah wafat, dan “ira” dalam bahasa Kawi merupakan awalan atau kata untuk menghormat (Preafik hiniruc). Kombinasi rangkaian “pa” dan “an” menunjukan barang atau tempat yang banyak. Maka betapa nyaman dan indahnya Parahyangan sehingga dipakai sebagai tempat dan hunian para Hyang.
Sehubungan dengan tanah Parahyangan yang indah, subur, penuh dengan aliran sungai, maka sangat bagus dan cocok untuk tanaman perkebunan. Diantaranya adalah perkebunan teh (Camelia Sinensis) yang sampai sekarang menjadi ikon dan kebanggan Jawa Barat.
0 komentar:
Posting Komentar